Mulailah

Tanpa permulaan, anda tidak akan sampai ke mana-mana.

Semangat

Semangat yang kuat mampu mengatasi apapun cobaan yang datang.

Konsisten

Lumbung emas dalam diri kamu adalah pikiran kamu. Kamu dapat menggalinya sedalam-dalamnya dan sepuas-puas yang kamu inginkan.

Pantang Menyerah

Gagal selepas usaha adalah hikmah, anda akan mendapat sesuatu yang lebih besar daripada apa yang anda sangkakan.

Be The One

Be the one is better than be the best.

Monday, January 9, 2012

Perkalian 11

  1. 2 x 11 = 22
  2. 3 x 11 = 33
  3. 25 x 11 = 275
  4. 36 x 11 = 386
  5. 69 x 11 = 759
  6. 94 x 11 = 1034
  7. 87 x 11 = .............
  8. 97 x 11 = .............
  9. 93 x 11 = ...........
  10. 65 x 11 = .............

Dari soal diatas dapat kita simpulkan betapa mudahnya perkalian 11. untuk soal nomor 1 dan 2 agaknya terlalu mudah untuk saya bahas disini, tetapi itu adalah dasar dari perkalian 11. Silahkan lihat soal no 1 dan 2, disini saya akan mencoba mengalikan angka 2 dengan 11 dan didapat 22 dengan kata lain ada angka 2 didepan dan 2 dibelakang yang kemudian dijadikan satu menjadi 22 (dua puluh dua).

Hal yang sama kita gunakan untuk menyelesaikan soal nomor 3 dan 4. yaitu untuk nilai 25 dikali 11 menjadi 2 didepan, 7 ditengah diperoleh dari 2 +5 = 7, dan 5 dibelakang. jadi untuk perkalian tersebut menghasilkan nilai 257 (dua ratus lima puluh tujuh) dengan cara menggabungkan ketiga nilai tersebut.

Untuk soal nomor 5 dan 6 karena ketika kita menjumlah dua nilai yang ada dan nilainya lebih dari 10 maka nilai tersebut ditambahkan ke yang depan. contoh 69 dikali 11 bukan menjadi 6 didepan, 15 ditengah dan 9 dibelakang yang hasilnya 6159. tetapi menjadi 759 yang mana nilai 7 berasal dari 6 + 1 sisa dari penjumlahan 6+9 yang hasilnya 15. hal yang sama juga berlaku untuk soal no 7 sampai 9 silahkan kalian coba dan buktikan betapa mudahnya perkalian 11
Sekarang jika perkalian 11 digunakan untuk nilai yang digitnya lebih dari 2 yaitu :
  1. 123 x 11 = ...................
  2. 365 x 11 = ...................
  3. 698 x 11 = ...................
  4. 985 x 11 = ...................
  5. 5268 x 11 = ...................
  6. 65987 x 11 = ...................
Untuk soal-soal berikut ini caranya juga sama.
Soal no 1.
                123 x 11 = ...................
                1         1 kita letakkan di depan
                1+2 = 3 setelah angka pertama
                2+3 = 5 setelah angka kedua
                3         3 kita letakkan terakhir
                jadi hasilnya adalah 1353
                123 x 11 = 1353
Soal no 2.
                365 x 11 = ..................
                3                3
                3+6 = 8
                6+5 = 11
                5                5
                hasilnya 38115 itu hasil yang keliru, hasil yang benar adalah 3915.
                kenapa ???? karena ingat pada saat 6 + 5 hasilnya kan 11 karena 11 lebih besar dari 10 maka nilai itu tidak bisa kita masukkan melainkan cuma yang belakang saja sedang nilai yang depan kita tambahkan ke nilai sebelumnya.
Soal no 6
                65987 x 11 = ...................
                6                6
                6+5 = 11
                5+9 = 14
                9+8 = 17
                8+7 = 15
                7                7
dari beberapa contoh dapat dihasilkan 725857

lihat betapa mudahnya perkalian 11 kan????

sebagai latihan coba kalian bisa mengerjakan soal berikut
  1. 556 x 11 = .....................
  2. 854 x 11 = .....................
  3. 5623 x 11 = .....................
  4. 5546 x 11 = .....................
  5. 7894 x 11 = .....................
  6. 65321 x 11 = .....................
Jika masih ada yang kebingungan maka cari tempat duduk untuk istirahat biar tidak kebingungan karena biasanya orang yang kebingungan itu kurang istirahat dan kecapekan, tetapi jika ada pertanyaan yang masih tidak paham silahkan kirim komentar nya di alamat yang ada di bawah ini!!!

Sunday, January 8, 2012

Mengasah Kecerdasan Matematis Logis Anak Sejak Usia Dini

Sesungguhnya setiap anak dilahirkan cerdas dengan membawa potensi dan keunikan masing-masing yang memungkinkan mereka untuk menjadi cerdas. Howard Gardner dalam bukunya Multiple Intelligences, menyatakan terdapat delapan kecerdasan pada manusia yaitu: kecerdasan linguistik/verbal/bahasa, kecerdasan matematis logis, kecerdasan visual/ruang/spasial, kecerdasan musikal/ritmis, kecerdasan kinestetik jasmani, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis. Tugas orangtua dan pendidik lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan. Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual. Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematik dan kecerdasan linguistik. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan linguistik diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
Masih menurut Gardner, ciri anak cerdas matematik logis pada usia balita, anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut, mengamati benda-benda yang unik baginya, hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba. Seperti bagaimana jika kakiku masuk kedalam ember penuh berisi air atau penasaran menyusun puzzle. Mereka juga sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan. Selain itu anak juga suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung.

Stimulasi dari kegiatan sehari-hari disekitar kita

Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? Kita bisa mengenalkan pertama kali pemahaman konsep matematika sejak usia dini dari lingkungan sekitar kita dan pengalaman sehari-hari anak serta memberikan stimulasi yang mendukung. Tentu saja hal ini dilakukan tanpa paksaan dan tekanan, dan melalui permainan-permainan. Dalam pendidikan anak, peran orangtua tak tergantikan dan rumah merupakan basis utama pendidikan anak. Banyak permainan eksplorasi yang bisa mengasah kemampuan logika matematika anak, namun tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Saat anak balita bermain pasir, anak sesungguhnya sedang menghidupkan otot tangannya yang melatih motorik halusnya sehingga kelak anak mampu memegang pensil, menggambar dan lain-lain. Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Ketika kita mengenalkan angka pada anak jangan hanya sebagai simbol, misalnya kita mempunyai dua jeruk, sediakan dua buah jeruk. Sehingga anak paham tentang konsep angka dan bilangan. Lagu juga bisa menjadi media untuk memperkenalkan berbagai tema tentang angka. Seperti lagu balonku ada lima. Atau kita bisa berkreasi menciptakan lagu sederhana sendiri sambil memperagakan jari kita sebagai alat untuk menghitung, sehingga secara perlahan anak mudah menangkap konsep abstrak dalam bilangan.
Setelah anak mengenal bilangan 1 sampai 10, maka bisa dikenalkan bilangan nol. Memberikan pemahaman konsep bilangan nol pada anak usia dini tidaklah mudah. Permainan ini dapat dilakukan dengan menghitung magnet yang ditempelkan di kulkas. Cobalah mengambil satu persatu dan mintalah anak menghitung yang tersisa. Lakukan berulangkali sehingga magnet di kulkas tidak ada lagi yang melekat. Saat itu dapat diunjukkan bahwa yang dilihat pada kulkas adalah 0 (nol) magnet.
Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa. Bisa juga membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran. Sesekali lakukan juga kegiatan membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu. Memasak sambil melihat resep juga melatih keterampilan membaca dan belajar kosakata. Jangan risaukan keadaan dapur yang akan menjadi kotor dan berantakan dengan tepung dan barang-barang yang bertebaran, karena seperti slogan sebuah iklan bahwa berani kotor itu baik. Anak senang dan tanpa sadar mereka telah belajar banyak hal. Saat dimeja makan pun kita mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekelurga kebagian semua, puding ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila puding sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Kita dapat juga memberikan konsep matematika seperti pemahaman kuantitas, seperti berapa jumlah ikan hias di akuarium. Ketika bersantai di depan rumah, anak diajak menghitung berapa banyak motor yang lewat dalam 10 menit. Kenalkan juga konsep perbandingan seperti lebih besar, lebih kecil dan sebagainya, misalnya dengan menanyakan pada anak roti bolu dengan roti donat mana yang ukurannya lebih besar. Saat kita mengenalkan dan menanyakan pada anak bahwa mobil bergerak lebih cepat daripada motor, pohon kelapa lebih tinggi dari pohon jambu, atau tas kakak lebih berat daripada tas adik, sebenarnya hal ini sudah termasuk mengajarkan anak pada konsep kecepatan, panjang dan berat, sehingga fungsi kecerdasan matematikanya menjadi aktif.
Untuk kegiatan di luar rumah, ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya. Kita juga bisa memberikan game-game dalam komputer yang edukatif yang mampu merangsang kecerdasan anak.
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung dan juga bermanfaat melatih kemampuan manipulasi motorik halus terutama melatih kekuatan jari tangan yang di kemudian hari bermanfaat untuk persiapan menulis. Selama bermain anak dituntut untuk fokus mengikuti alur permainanyang pada gilirannya akan melatih konsentrasi dan ketekunan anak yang dibutuhkan saat anak mengikuti pelajaran disekolah.

Lebih cerdas dengan bermain

Mengapa stimulasi untuk kecerdasan anak banyak melalui permainan-permainan dan kegiatan bermain yang menyenangkan? Karena dengan bermain akan membuat anak dapat mengekspresikan gagasan dan perasaan serta membuat anak menjadi lebih kreatif. Dengan bermain juga akan melatih kognisi atau kemampuan belajar anak berdasarkan apa yang dialami dan diamati dari sekelilingnya. Saat memainkan permainan yang menantang, anak memiliki kesempatan dalam memecahkan masalah (problem solving). Misalnya menyusun lego atau bermain pasel. Anak dihadapkan pada masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas. Dan ini juga akan melatih ketika anak kelak di sekolah mendapat pelajaran-pelajaran matematika yang berdasarkan pemecahan masalah (problem solving).
Bagi usia prasekolah, ketika orangtua sudah mulai merangsang kecerdasan logis matematis dirumah, maka akan lebih mudah bagi anak menerima konsep matematika ketika mulai masuk sekolah. Bagi anak yang telah masuk sekolah, orangtua juga harus terus mendukung dengan memberikan berbagai macam eksplorasi ataupun permainan-permainan yang semakin mengasah kecerdasan matematik logis anak dengan cara yang kreatif dan menyenangkan untuk terus menarik keingintahuan anak. Dengan demikian anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman siswa dan problem solving (pemecahan masalah), kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik sehingga matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Dalam buku yang berjudul ”Menjadi Guru Yang Mampu dan Bisa Mengajar” disebutkan Learning is Most Effective When It’s Fun.

(oleh Rohmitawati, S.Si, Staf Sie Data dan Informasi PPPPTK Matematika Yogyakarta)

Saturday, January 7, 2012

Salam

Baru kali ini saya menulis tentang agama, mohon maaf apa bila banyak salah dalam tulisan ini karena saya hanya seorang pembelajar yang sedang belajar dan akan selalu belajar mengamati dunia.
Perkembangan teknologi membuat segalanya menjadi lebih ringkas semisal komputer yang dulunya sebesar rumah sekarang menjadi sebesar buku tulis dan bahkan bisa dibawa kemana-mana.

 

Karena perkembangan teknologi itu semakin pesat begitu juga perkembangan komunikasi yang dulu menggunakan surat, yang dikirim sekarang bisa-bisa bulan depan baru nyampe. Sekarang  sambil tiduran pun kita bisa mengirim pesan.
     
Tapi yang jadi permasalah terkadang saya bertanya-tanya dalam hati apakah itu semua juga berimbas kepada perilaku sosial masyarakat kita??? menurut analisa saya (lebay mode on) dahulu kala salam dilakukan dengan mengucapkan kata Assalamu'alaikum dan kamudian dijawab dengan salam juga, tetapi akhir-akhir ini salam agak diganti dengan askum dan bahkan lebih parah lagi ada yang bilang ass.

Dasi Assalamu'alaikum menjadi ass. untuk itu apakah tidak ada salahnya jika kita mengucapkan salam dengan menggunakan istilah yang agak panjang sedikit karena salam itu adalah sebuah do'a.
Atas semua perkataan saya saya mohon maaf bagi yang merasa dan juga saya disini belajar untuk menjadi yang lebih baik. semoga hal ini dapat kita jadikan pelajaran untuk kita semua. amin....

Friday, January 6, 2012

Pengertian Energi, Potensial, Kinetik dan Hukum Kekekalan Energi - Fisika

Energi dari suatu benda adalah ukuran dari kesanggupan benda tersebut untuk melakukan suatu usaha. Satuan energi adalah joule. Dalam ilmu fisika energi terbagi dalam berbagai macam/jenis, antara lain :
- energi potensial
- energi kinetik/kinetis
- energi panas
- energi air
- energi batu bara
- energi minyak bumi
- energi listrik
- energi matahari
- energi angin
- energi kimia
- energi nuklir

- energi gas bumi
- energi ombak dan gelombang
- energi minyak bumi
- energi mekanik/mekanis
- energi cahaya
- energi listrik
- dan lain sebagainya

A. Energi potensial atau Energi Diam
Energi potensial adalah energi yang dimiliki suatu benda akibat adanya pengaruh tempat atau kedudukan dari benda tersebut. Energi potensial disebut juga dengan energi diam karena benda yang dalam keaadaan diam dapat memiliki energi. Jika benda tersebut bergerak, maka benda itu mengalami perubahan energi potensial menjadi energi gerak. Contoh misalnya seperti buah kelapa yang siap jatuh dari pohonnya, cicak di plafon rumah, dan lain sebagainya.
Rumus atau persamaan energi potential :
Ep = m.g.h
keterangan
Ep = energi potensial
m = massa dari benda
g = percepatan gravitasi
h = tinggi benda dari tanah
B. Energi Kinetik atau Kinetis
Energi kinetik adalah energi dari suatu benda yang dimiliki karena pengaruh gerakannya. Benda yang bergerak memiliki energi kinetik.
Rumus atau persamaan energi kinetik :
Ek = 1/2.m.v^2
keterangan
Ep = energi kinetik
m = massa dari benda
v = kecepatan dari benda
v^2 = v pangkat 2

C. Hukum Kekekalan Energi
" Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak dapat dimusnahkan "
Jadi perubahan bentuk suatu energi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidak merubah jumlah atau besar energi secara keseluruhan.
Rumus atau persamaan mekanik (berhubungan dengan hukum kekekalan energi) :
Em = Ep + Ek
keterangan
Em = energi mekanik
Ep = energi kinetik
Ek = energi kinetik
Catatan :
Satuan enerti adalah joule

Bilangan Hampir Bulat

Banyak bentuk operasi pada bilangan di dalam matematika yang nilainya hampir bulat. Contohnya, sin 11 = −0,999990206… (hampir sama dengan −1). Bilangan-bilangan hampir bulat dengan operasi-operasi tidak sederhana (bukan operasi Aritmetika biasa: tambah, kurang, kali, & bagi), seperti fungsi trigonometri, penarikan akar, logaritma, kaitan dengan bilangan-bilangan irrasional (e, p, dll) dalam matematika kadang disebut sebagai Bilangan Hampir Bulat (almost integer). Satu yang menarik, bila kita melakukan perhitungan dengan bilangan-bilangan tsb kita bisa tertipu pada hasil perhitungannya, sekalipun menggunakan kalkulator (yang umumnya terbatasi pada ketelitian tidak lebih dari 10 atau 12 angka). Contoh lainnya:
cos (ln (p+20)) = - 0,9999999992…(hampir - 1)
22p4 = 2143,000002748… (hampir 2143)
510 10log 7 = 431,00000040… (hampir 431)
3Ö2(Ö5 2) = 1,0015516… (hampir 1)
Sekarang cobalah menemukan panjang d pada
bangun di bawah ini.



Jika Anda mencoba mengukurnya, maka Anda akan menjumpai bahwa d = 7. Tidak peduli, apakah Anda mengukur dalam ukuran meter lalu teliti hingga ke ukuran micrometer sekalipun. Karena, ukuran sesungguhnya d = 7,00000008574…


artikel sandur dari buletin RINGAN edisi maret 2007

Mobile Perspectives: On teaching Mobile Literacy

David Parry
David Parry (dparry@utdallas.edu) is Assistant Professor of Emerging Media and Communications at the University of Texas at Dallas.

Comments on this article can be posted to the web via the link at the bottom of this page.
"The future our students will inherit is one that will be mediated and stitched together by the mobile web, and I think that ethically, we are called on as teachers to teach them how to use these technologies effectively."
In the book Smart Mobs, Howard Rheingold argues: "The mobile internet . . . will not be just a way to do old things while moving. It will be a way to do things that couldn't be done before." In part because of this, he then suggests: "A new kind of digital divide ten years from now will separate those who know how to use new media to band together from those who don't."1 Rheingold wrote that in 2002. In other words, that ten-year horizon has nearly expired. While recognizing that digital access is not evenly distributed in the United States, which is to say nothing of the global distribution, we can safely say that this transformation is already here; we are already at the moment in which the ability to use social media, and particularly social media as amplified through the power of the mobile web, has become a key literacy. (Literacy here is perhaps the wrong term, for the skills needed to navigate and take ownership of these spaces far exceed the comparatively simple skill of comprehending written text.)
What makes this moment ever more complicated is that just as we have introduced computers into the classroom—just as we have started to come to terms with the idea of wired learning spaces, mediated laptops, and occasionally the now-dinosaur-like desktops—the mobile web is about to make all this technological adaptation rather outdated. The unwired learning space is about to substantially alter the landscape of teaching with and through technology. As my colleague Dean Terry likes to point out, we are in the "Late Desktop Era."2 Some educators have responded by banning this new technology from the learning space, demanding that students turn off their smartphones and keep their tablet computers stowed in their bags. This approach, I would suggest, is precisely the wrong tack to take. The future our students will inherit is one that will be mediated and stitched together by the mobile web, and I think that ethically, we are called on as teachers to teach them how to use these technologies effectively, to ensure that they end up on the right side of the digital divide: the side that knows how to use social media to band together. Teaching mobile web literacy seems to me as crucial as teaching basic literacy.
To be sure, I am not suggesting that educators encourage students to text each other during class. Instead, I feel that one of our obligations as educators is to consider how the mobile Internet changes not only how we teach, but what it means to be knowledgeable and educated in our culture. And just as important, the mobile web opens up a host of pedagogical possibilities. Let me sketch out a few literacies that we ought to be striving to teach our students:
"Teaching mobile web literacy seems to me as crucial as teaching basic literacy."
1. Understanding Information Access. A mobile web often creates a situation in which information is quickly and easily available online. Within the classroom, this means nearly any bit of factual information we need is accessible in a matter of seconds—if one knows how to navigate the web efficiently. Frequently I will say in class: "I am not sure: look it up." I do this for several reasons. First, I often do not know things, and I think admitting to not knowing is good modeling for students. But second, in articulating this not knowing, I am inviting students to practice the skill of information access and see this activity as a valuable part of academic conversation (and not just as the fastest way to answer any trivia question). This task can be effective even in a wired classroom, using desktop computers or laptops, but having students use mobile devices demonstrates to them how finding information is not contingent on access to a not-so-mobile device. They are therefore able to practice the skill of quick information access and credibility detection—a skill that will be useful throughout their lives regardless of what they choose to do professionally.
2. Understanding Hyperconnectivity. I often encourage students to Twitter during class. This is not to suggest that I ask them to ignore what is occurring in the classroom space in favor of following a Twitter stream; rather, as a class exercise, students often tweet about what is going on during class. This serves as both a collaborative note-taking exercise3 and a demonstration of how conversation can be extended beyond the classroom space, similar to the way Twitter is now a popular tool at conferences. But there are also times in class when we will talk about how engaging in this type of hypermediated experience can distract from directing full attention to a particular event. Again, one of my goals is to teach students when and how to effectively use this technology.
3. Understanding the New Sense of Space. This is perhaps the most important and also perhaps the hardest literacy to explain. I am not sure that our society has become fully aware of the degree to which geo-location and the mobile web will change our daily practices. Web services like Gowalla (http://gowalla.com/) and FourSquare (http://foursquare.com/) are just the very beginning of the massive amounts of data that we are going to be layering on top of the physical world and that will substantially alter how we can interact with space. Even augmented reality applications such as Layar (http://www.layar.com/) and Wikitude (http://www.wikitude.org/en) are just the initial offerings in what is going to become an increasingly complex, data-rich landscape. So here, again, my goal is to get students to begin to understand how one can use a mobile device to both create and access spatial information. When our class reaches the point during the semester at which we discuss the increasing prevalence of cameras in our daily life, I have students use their mobile devices to begin to document all the cameras they see. I have them take a picture of any surveillance camera they notice during the day. I then have them share these photos with each other, mashing up the data to make a map of all the cameras (http://cameraseverywhere.us/).
With all of these activities, my goal is to have students begin to understand and practice using their mobile devices. And with all of these activities, there are many other ways to accomplish these goals, as well as many other mobile literacies that I think educators need to help students develop. For me, the key piece is recognizing that the mobile computing power in our pockets radically changes not merely our classrooms but, more important, the spaces that students inhabit and the conversations they have outside of our teaching. I want to teach students to take ownership of this type of change so that they can shape the mobile transformation as much as they are shaped by it.
Notes
1. Howard Rheingold, Smart Mobs: The Next Social Revolution (Cambridge, Mass.: Perseus Publications, 2002), pp. xiv, xix.
2. Dean Terry, "Location Literacy & Foursquare in the Classroom," MediaCommons, March 13, 2010, <http://mediacommons.futureofthebook.org/content/location-literacy-foursquare-classroom>.
3. Marshall Kirkpatrick, "How One Teacher Uses Twitter in the Classroom," ReadWriteWeb, June 1, 2009, <http://www.readwriteweb.com/archives/how_one_teacher_uses_twitter_in_the_classroom.php>.

Mengapa 0,999… Sama Dengan 1?

Sejak di Sekolah Dasar, siswa telah diperkenalkan dengan pecahan desimal, bahkan mengenai topik konversi antar bentuk pecahan desimal, persen, dan pecahan biasa. Setiap bentuk pecahan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh karena itu, setiap bentuk pecahan kadang cocok dipergunakan untuk konteks tertentu, namun tidak cocok untuk konteks yang lain. Misalnya ketika berbicara mengenai seberapa besar pertambahan jumlah penduduk, maka pecahan yang paling sesuai adalah bentuk persen.

Dari berbagai bentuk pecahan, pecahan desimal merupakan “bentuk akhir” dari pecahan, karena merupakan implikasi logis dari perkembangan sistem desimal. Seperti yang kita tahu, pada perkembangan sistem bilangan berawal dari pencacahan yang ditandai dengan sistem pengelompokan dan “berakhir” dengan diterimanya secara luas sistem nilai tempat dan sistem desimal (basis 10) menjadi pilihan terakhir umat manusia yang terbukti ampuh penggunaanya baik dalam kehidupan sehari-hari terlebih lagi pada kegiatan ilmiah.


File lengkap disini

Monday, January 2, 2012

4 Gaya Belajar

Mari mengenali, kira-kira seperti apa gaya belajar Anda dan mengevaluasinya, apakah sudah efektif?

Gaya visual
Pembelajar dengan gaya visual akan lebih baik menyerap informasi yang didapatkan melalui gambat, video, graifs, dan teks buku. Orang-orang dengan tipe ini akan mendapatkan keuntungan ketika informasi disajikan melalui proyektor, papan tulis, dalam sebuah kertas, atau buku.

Penyuka gaya visual biasanya selalu memastikan catatan yang mereka buat dengan detil, dan selalu menyediakan waktu ekstra hanya untuk mereview kembali informasi yang didapatnya dengan membaca buku.

Seringkali, pembelajar gaya visual juga membuat sebuah gambar dan diagram ketika mencoba untuk memahami suatu subjek.

Gaya auditori
Pembelajar dengan gaya auditori akan merasa lebih efektif menyerap informasi hanya dengan mendengarkan materi yang dipresentasikan dosen atau pembicara, melalui rekaman suara, dan bentuk lain dari komunikasi verbal.

Ketika seorang dengan gaya visual lebih nyaman dengan membaca buku atau menyaksikan melalui video, maka pembajar auditori merasa lebih baik dengan menghadiri sebuah kelas perkuliahan untuk mendengarkan langsung dari sang dosen.

Gaya taktil
Pembelajar dengan tipe taktil akan menyimpan informasi dengan baik jika turut terlibat dan berpartisipasi, sehingga ia bisa bergerak dan melakukan sentuhan langsung. Pembelajar tipe ini juga dikenal dengan pembelajar tipe kinestetik.

Contoh dari gaya ini, biasanya bagi para siswa yang belajar bidang otomotif. Mereka akan mampu memelajari lebih baik dengan langsung mengutak-atik mobil daripada duduk di kelas mendengarkan dosen atau membaca buku. Lainnya, akan sangat antusias ketika ditugaskan untuk melakukan percobaan di laboratorium.

Gaya logis
Seseorang yang unggul dalam matematika dan memiliki keterampilan yang kuat penalaran logis biasanya masuk kategori pembelajar logis. Mereka melihat pola cepat dan memiliki kemampuan yang tajam untuk menghubungkan informasi yang tampaknya tidak masuk akal bagi orang lain.

Pembelajar gaya logis akan menyimpan informasi dengan lebih baik melalui gambaran koneksi yang dibuatnya setelah mengorganisir segala informasi yang didapat.

Gaya sosial
Pembelajar gaya sosial biasanya unggul dalam menulis dan kemampuan komunikasi verbalnya. Orang-orang dengan tipikal ini akan gampang berbicara dengan orang lain dan sering memahami perspektif mereka. Oleh karena itu, tak jarang orang akan meminta nasehat dari para pembelajar gaya sosial ini. Mereka juga dikenal bisa bekerja baik dalam kelompok dan menyukai berkonsultasi dengan guru secara individual.

Gaya soliter
Pembelajar gaya soliter biasanya lebih suka bekerja sendiri dalam bentuk yang lebih privasi. Mereka tidak tergantung kepada orang lain atau mengharapkan bantuan orang lain dalam memecahkan masalah studinya.

Orang dengan tipe ini akan menganalisa apa yang mereka pelajari dengan preferensi dan metode sendiri. Dengan kesenangannya bekerja sendiri, sangat memungkinkan mereka akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memecahkan permasalahan yang ditemukan.

Nah, untuk menentukan mana gaya terbaik dan efektif bagi Anda dalam menyerap informasi yang didapat selama proses yang belajar, temukan gaya yang bisa membuat Anda nyaman. Ketepatan gaya dalam belajar akan bermanfaat dalam mendukung kesuksesan belajar dan masa depan Anda!

Read more: http://banksoal.web.id/component/content/article/88-update-soal/136-di-antara-4-gaya-ini-mana-gaya-belajar-anda#ixzz1iMJnZR95

Lepas Chip

Alat dan Bahan
  1. BGA Rework
  2. Pinset
Gambar untuk BGA Rework
Gambar Pinset
Langkah
  1. Atur mainboard pada kaki-kaki pemanas
  2. Posisi Irda harus tepat diatas chip yang akan dilepas
  3. Jarak dari Irda ke Chip disesuaikan dengan diameter sinar irda yang menyinari chip. (Chip harus tersinari semuanya dan tidak boleh sinarnya melebihi karena dapat mengganggu komponen yang lainnya)
  4. Setting pemanas bagian bawah pada posisi 250 Celcius
  5. Setting Irda pada posisi 120 Celcius
  6. Sinari sebanyak 8-10 kali
  7. Cek dengan pinset setiap ujung pin dengan cara ditekan. jika semua kakinya sudah bergerak maka chip tersebut siap menempel pada board.
  8. Matikan Irda dan Plat bawah
  9. Beri udara dingin pada chip agar kaki-kaki cepat mengeras
  10. Maksimal suhu pada saat pemanasan chip adalah 170 celcius, jika lebih dari itu maka chip akan rusak dan tidak bisa digunakan kembali
  11. Selamat mencoba semoga berhasil

Saturday, December 31, 2011

My Place

Room 203
In this i stay, in this room to i construct my dream to get the best future. I trust, i can get my dream if i consistance.



In Elevator
 Every day i used this elevator, before i have a dream "how if stay in apartment?" every day i will use elevator, and now in this country i get it. Thanks Allah You realize my dream. but i want keep dream to get apartment with my self.

My Bed
 In this bed i sleep, in this bed to i dream and construct my best future


Bed Room


Kitchen

Bath Room